Jumat, 13 Februari 2009

Cerdas Memilih

erdas memilih ini jelas karena beberapa bulan lagi rakyat Indonesia akan ‘menikmati’ pesta demokrasi. Karena pesta yang belum jelas akan membahagiakan rakyat kebanyakan tentunya. Saya berharap semoga posting ini membawa pencerahan. Inilah usaha kita sebagai rakyat yang menginginkan negara ini menjadi lebih baik dan mampu menyejahterakan.

Seperti kita ketahui, baik buruknya masyarakat atau negara ditentukan oleh dua pilar, pemimpin dan sistem yang dijalankan. Jadi kita membutuhkan dua-duanya, pemimpin yang baik ,amanah, dalam sistem yang baik. Imam al Ghozali menekankan pentingnya dua perkara ini dalam kitabnya al I’tishod fil iqtiqhod.

Menurut Imam al Ghozali , agama (ad-diin) adalah asas dan pemimpin (as- sulthan) adalah penjaga (haaris). Masyarakat yang tidak didasarkan pada agama akan runtuh , demikian juga kalau tidak ada penjaga (sultan) masyarakat akan lenyap. Jadi yang dibutuhkan adalah pemimpin dan asas sistem yang berdasarkan agama.

Pemilih cerdas, tentu tidak hanya berhenti pada sikap selektif untuk memilih. Tapi dengan sungguh-sungguh mempersiapkan dan memperjuangkan sistem baik yang berdasarkan syariah itu bisa terwujud. Upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan kembali sistem Islam justru mencerminkan sikap yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara.

Pemilih yang cerdas dalam pandangan Islam haruslah mendasarkan aktifitas politiknya berdasarkan syariah Islam. Bukan semata-mata kepentingan pragmatis atau kemashlahatan yang berdasarkan hawa nafsu. Syariah Islam harus menjadi standar aktivitas politiknya, termasuk ketika melakukan perubahan untuk menegakkan sistem Islam.

Nah, saat-ast ini kita memang telah melihat kampanye partai islam yang semakin dekat dengan rakyat bahkan kerap mengusung isu dunia, seperti pembebasan palestina. Walau rakyat terlihat semakin terbujuk oleh kepentingan pragmatis parpol islam tersebut, tentunya kita tak begitu saja harus memilihnya dengan kampanye embel-embel partai bersih dan sebagainya.

Artinya, kita harus tetap berpijak pada “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS al-An’aam 153).

Imam Mujahid Yazid bin Abdul Qadir Jawwas dalam ar-Rasaail 1 menafsirkan ayat ini bahwa “jalan yang satu ini” adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Jalan ini adalah ash-Shirath al-Mustaqiim yang wajib atas setiap muslim menempuhnya dan jalan inilah yang akan mengantarkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Copy Paste: PII

Tidak ada komentar: